Teganya Suamiku Pergi Saat Anak Umur 40 Hari

Saya tidak habis pikir, hanya alasannya alasan sederhana Dia lebih menentukan bertanggung jawab untuk anak Orang lain padahal anak kandungnya sendiri membutuhkan Dia....

 hanya alasannya alasan sederhana Dia lebih menentukan bertanggung jawab untuk anak Orang lain p Teganya Suamiku Pergi Ketika Anak Umur 40 hariPerkenalkan nama Saya Risa, Saya ialah Orang Tua tunggal untuk anak Saya. Putri, sebutan untuk anak Saya yang sangat elok dan juga lucu. Dibalik tawa dan tangis Dia setiap hari, Dia harus menanggung penderitaan yang tidak pernah Dia sadari.

Awal cerita, Saya menikah dengan Laki-laki, sebut saja Robi. Pada awal kehidupan kesepakatan nikah Kami, terasa serasi ibarat Pasangan Suami Istri yang lain. Kami sanggup saling mengisi posisi masing-masing. Hak dan kewajiban tampaknya berjalan dengan semestinya.

6 bulan sudah kehidupan Rumah Tangga Kami berjalan. Tepat pada dikala itu, Saya dinyatakan positif hamil. Tentu saja ini ialah hal yang sangat membahagiakan Saya dan juga Suami. Tentunya Keluarga lain juga mencicipi hal yang sama, meskipun mungkin dalam kadar yang berbeda.

Hari-hari Kami jalani dengan penuh kebahagiaan. Banyak hal yang Kami persiapkan untuk menyambut kelahiran Anak pertama. Tepat pada hari Selasa 18 November 2014, pukul 09.30 wib, lahir Seorang bayi wanita yang cantik. Sungguh kebahagiaan yang sangat dalam bagi Saya, dan tentu bagi Suami. Dalam pikiran Saya, Saya sudah menjadi Wanita sempurna. Hidup Saya juga terasa tepat alasannya mempunyai buah hati hasil dari kesepakatan nikah dengan Laki-laki yang begitu baik dan setia menemani hidup Saya, itu pikiran awal.

Selang beberapa waktu, tepat pada usia anak Kami 40 hari, Suami dengan tega meninggalkan Kami dengan alasan yang sangat lemah, tidak masuk akal, dan itu benar-benar tidak sanggup meyakinkan Saya untuk dijadikan sebagai alasan Dia untuk pergi.

Alasan sederhana, hanya alasannya tidak baiklah dalam menentukan Tempat untuk melaksanakan Aqiqah untuk Anak Kami. Menurut Kami, lebih baik dilaksanakan di Rumah Ibu Saya, tapi Dia tidak setuju.

Setelah selesai bermusyawarah bersama, dan sedikit ada perbedaan pendapat, hasilnya ia pergi tepat pada tgl 28 desember 2014, ahad pagi. Tidak ada kabar niscaya dan Saya sekeluarga tidak pernah menyangka jikalau Dia benar-benar melaksanakan hal ini.

Dengan sabar Saya menanti, berharap Dia memberi kabar atau lebih baik lagi kembali dan memperbaiki keadaan yang ada. Saya dengan sabar menunggu, sampai tiga bulan pun Saya belum ada pikiran untuk mengajukan somasi cerai.

Setelah merasa terlalu usang menunggu, hasilnya dengan banyak pertimbangan, Saya mengajukan somasi cerai terhadap Suami secara sepihak. Pengadilan mendapatkan somasi Saya dan hasilnya Kami resmi bercerai.

Selang 2 bulan sehabis Kami bercerai, Saya justru menerima kabar bahwa mantan Suami Saya tersebut ternyata sudah menikah dengan Janda anak satu. Saya tidak habis pikir, hanya alasannya alasan sederhana Dia lebih menentukan bertanggung jawab untuk anak Orang lain padahal anak kandungnya sendiri membutuhkan Dia.

Sungguh tega Dia membiarkan anak kandungnya tidak mendapatkan apapun dari Ayah kandungnya. Jangankan kasih sayang, bentuk tanggung jawab dari Seorang Ayah dalam bentuk bahan pun tidak dirasakan. Dan tampaknya alasan sederhana yang dipakai untuk pergi hanyalah sebuah alibi.

Ini sungguh keterlaluan, Saya benar-benar marah, sakit hati, dan juga kecewa. Hari-hari Saya lalui tanpa Suami. Saya belum terpikir untuk menikah sampai dikala ini, setengahnya masih trauma. Karena kebanyakan Laki-laki yang berusaha dekat, bukan untuk bertanggung jawab serta menjadi sosok Ayah bagi Anak Saya. Kebanyakan dari Mereka hanya menginginkan kesenangan dari Saya.

Sampai dikala ini, Saya hanya fokus untuk membesarkan Anak. Berharap suatu dikala Ayah kandung dari Anak Saya menyesal sudah pergi meninggalkan. Saya yakin dan akan selalu optimis, sanggup mengakibatkan Anak Saya menjadi Orang yang membanggakan. Selain itu, Saya juga berharap ada Laki-laki yang benar-benar serius bertanggung jawab untuk menjadi Suami sekaligus Ayah bagi Anak Saya, bukan Laki-laki hidung belang yang hanya menginginkan kesenangan saja. Amin.

Selesai

Kisah nyata yang dikirim oleh Risa. Semoga apa yang Dia harapkan sanggup tercapai. Mendapatkan Laki-laki pengganti Robi mantan Suaminya. Yang sanggup menjadi Ayah yang benar-benar ikhlas dalam membimbing dan mendidik Anaknya kelak.
Baca juga Kisah Nyata yang lain: Aneh, Kekasihku Pergi Setelah Mengandung Anakku.

Comments

Popular posts from this blog

Ciri-Ciri Hijab Yang Syar’I